Rabu, 03 Juli 2013

Syeikh Ali Saleh Muhammad Ali jaber, Pengalaman Sebagai Alumni ESQ 165





Mubaligh kelahiran Madinah, Syeikh Ali Saleh bin Muhammad Ali Jaber, menyatakan rasa senangnya saat hadir di Training ESQ Character Building kelas Eksekutif angkatan ke-105. Pria yang sering tampil di layar kaca ini mengaku merasakan nikmat luar biasa. Seperti apa?

Saya begitu ikut training ESQ, jujur saja, saya sungguh merasakan nikmatnya, seperti saya berada dekat dengan Rasulullah saw. Sangat terharu, saya tidak pernah bisa menangis, baik itu saat ceramah dan mendengar ceramah, tapi begitu ikut training di sini sungguh saya tidak pernah menangis seperti itu. Nikmatnya luar biasa,” ungkap Syeikh Ali

“Saya senang di ESQ, karena bisa mempersatukan kita sebagai saudara walaupun ada yang berbeda agama. Saling menghormati dan saling memuliakan. Saya yakin, Insya Allah dengan kehadiran semua yang ada di sini dan semua alumni ESQ merupakan hamba-hamba Allah yang terpilih,” ujar ulama yang kerap menjadi penceramah dalam Pengajian ESQ ini.

Pria Arab yang fasih berbahasa Melayu ini menambahkan, “Saya yakin kalau ingin perubahan yang luar biasa, kita juga harus tunjukkan juga perubahan yang luar biasa dari dalam diri sendiri. Allah akan tunjukkan dahsyatnya hal-hal yang buruk diubah menjadi lebih baik.”

Pada kesempatan itu Pendiri ESQ Ary Ginanjar Agustian mengimbau kepada peserta dan alumni yang masih memiliki pengaruh dan menjadi pemimpin di wilayahnya untuk menyebarkan apa yang didapat selama training, seperti yang dilakukan oleh mantan Kasespim Polri, Irjen Pol (Purn) Dwi Purwanto dan mantan Pangdam V/Brawijaya, Mayjen TNI (Purn) Syamsul Mappareppa.

“Saya ingin Bapak Ibu melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Pak Syamsul. Ketika beliau menjabat. Akhirnya setelah pensiun sampai sekarang training ini terus berjalan untuk mengubah dan membangun mental di TNI. Begitu juga dengan Pak Dwi yang mengupayakan training ESQ sebagai kurikulum di Sespim (Sekolah Staf dan Pimpinan) Polri,” tutur Ary.

Sementara itu, salah satu peserta, Suryaman Jaya mengatakan, “Training ini betul-betul memperdalam ilmu agama. Insya Allah, saya akan menyebarkan apa yang saya petik dari sini untuk ditularkan di Tasikmalaya.”

Alhamdulillah betul-betul membuka hati. Training ini nyambung dengan kehidupan sehari-hari. Ini juga sebagai bekal pondasi buat saya,” ungkap pria yang sudah puluhan tahun sebagai wartawan

Syeikh Ali Jaber Lahir di Kota Madinah Munawarah Saudi Arabia 3 Shafar 1396 H / 03 FEB 1976 M. Beliau menjalani pendidikan seluruhnya di Madinah, 1410 H Tamat Ibtidaiyah, 1413 H Tamat Tsanawiyah, 1416 H Tamat Aliyah, dan 1417 H – Sekarang Mulazamah dan Kursus Al-Quran di Masjid Nabawi – Madinah.Menikah dengan wanita Keturunan Indonesia bernama Umi Nadia, dan telah memiliki 1 anak bernama hasan, saat ini menetap di Pondok Bambu Jakarta Timur.
Guru-guru yang pernah mengajar beliau adalah :
Syeikh Abdul Bari’as Subaity (Imam Masjid Nabawi, sebelumnya Imam Masjidil Haram),
Syeikh Khalilul Rahman (Ulama Al Qur’an di Madinah dan Ahli Qiraat),
Syeikh Prof. Dr. Abdul Azis Al Qari’ (Ketua Majelis Ulama Percetakan Al-Qur’an Madinah dan Imam Masjid Quba),
Syeikh Said Adam (Ketua Pengurus Makam Rasulullah SAW dan Pemegang Kunci makam Rasulullah SAW),
Syeikh Muhammad Ramadhan (Ketua Majelis Tahfidzul Qur’an di Masjid Nabawi),
Syeikh Muhammad Husein Al Qari’ (Ketua Ulama Qira’at di Pakistan).
Selama di kota madinah beliau aktif sebagai Guru Tahfidz Qur’an di Masjid Nabawi dan Imam Sholat di salah satu masjid kota Madinah.
Kegiatan selama di Indonesia antara lain adalah sebagai berikut :
Guru Tahfidz Al-Qur’an di Islamic Centre / Masjid Agung Al- Muttaqin Cakranegara Lombok NTB,
Imam Besar dan Khatib di Masjid Agung Al- Muttaqin Cakranegara Lombok NTB,
Imam Sholat Tarawih, Qiyamul Lail dan pembimbing Tadarus Al- Qur’an selama Ramadhan 1429 H serta Imam Sholat Idul Fitri 1429 H di Masjid Agung Sunda Kelapa Menteng Jakarta Pusat,
Pengajar di Pesantren Tahfidz Al- Qur’an Al- Asykar Puncak Jawa Barat,
Muballigh Majelis Taklim di Jakarta dan sekitarnya (Nikmatnya sedekah TPI, Indonesia Menghafal TPI, dan mengajar di majelis taqlim di pancoran)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar